Halo NutriFriends, bagaimana kabarnya?Semoga NutriFriends dalam keadaan sehat ya.
Di masa pandemi COVID-19 ini, berdasarkan penelitian, orang-orang dengan kondisi obesitas memiliki risiko penyakit sindrom metabolik seperti diabetes melitus tipe 2 dan akan berisiko komplikasi lebih parah apabila terpapar virus COVID-19.
Dalam rangka Hari Obesitas Sedunia, Nutrifood berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan RI dan Badan Pengawas obat dan Makanan (BPOM) RI untuk mengedukasi masyarakat Indonesia melalui media workshop online ‘Cerdas Baca Label Kemasan, Hindari Risiko Obesitas’ yang merupakan bagian dari kampanye Cermati Konsumsi Gula Garam Lemak dan Baca Label Kemasan. Media Workshop Online ini dilaksanakan pada 4 Maret 2021 yang diikuti oleh 50 jurnalis dari berbagai media.
Pada media workshop online kali ini, Nutrifood menghadirkan para narasumber yang ahli dalam bidangnya di antaranya Dr. Dhian Dipo, MA (Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI), Yusra Egayanti, S.Si, Apt, MP (Koordinator Kelompok Standarisasi Pangan Olahan Keperluan Gizi Khusus, Direktorat Standarisasi Pangan Olahan, BPOM), Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, DTM&H, Sp.PD-KEMD, FINASIM, FACE (Ketua PERSADIA Wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok), dan Susana, S.T.P., M.Sc., PD.Eng. (Head of Marketing, Nutrifood).
Dalam paparannya, Dr. Dhian Dipo mengatakan “Saat ini Indonesia mengalami beban ganda mengenai masalah gizi. Menurut Riskesdas 2018, kekurangan gizi makro seperti stunting (pendek) dan wasting (kurus) pada anak balita masih tinggi yaitu masing-masing sebesar 30,8 persen dan 10,2 persen. Di sisi lain, Indonesia juga dihadapkan pada permasalahan gizi lebih (obesitas) terutama pada usia dewasa, baik pada pria maupun wanita dengan prevalensi obesitas pada wanita lebih tinggi dari pria. Data menunjukkan bahwa tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat dari 14,8 persen menjadi 21,8 persen dan prevalensi berat badan berlebih juga meningkat dari 11,5 persen di 2013 ke 13,6 persen di 2018.”
“Kondisi pandemi saat ini menghadirkan tantangan tersendiri karena adanya perubahan gaya hidup dan kondisi lingkungan. Pembatasan aktivitas keluar rumah yang dibarengi dengan peningkatan waktu berada di depan gadget, menyebabkan penurunan aktivitas fisik dan peningkatan konsumsi makanan, terutama makanan siap saji dan pangan olahan yang dipesan secara online. Kondisi ini dapat menjadi faktor risiko terjadinya obesitas, yang kedepannya dapat berdampak pada peningkatan penyakit tidak menular dan beban ekonomi negara”, tambahnya.
Dr. Dhian Dipo juga menjelaskan “Masyarakat tetap dapat mengambil nilai positif dari kondisi saat ini dengan menjadikan pandemi sebagai titik awal untuk kembali pada pola kehidupan yang sehat dan konsumsi gizi seimbang untuk meningkatkan imunitas. Gizi seimbang dapat diterapkan dalam isi piring untuk sekali makan yang dipenuhi dengan aneka ragam makanan dan bersumber pangan lokal yang memiliki kandungan fungsional bagi tubuh. Cermat memilih makanan sehat dengan memperhatikan label makanan ketika membeli produk merupakan langkah awal bijak dalam pemenuhan gizi harian bersumber pangan olahan.”
Yusra Egayanti menjelaskan, “Kelebihan berat badan dan obesitas dapat dicegah dengan pengaturan pola makan dengan prinsip gizi seimbang. Salah satunya dengan membatasi asupan gula garam lemak yang dikonsumsi. Sebagai salah satu upaya untuk mengetahui asupan gula, garam, dan lemak dari pangan olahan kemasan, masyarakat disarankan untuk lebih cermat dalam membaca label kemasan pangan olahan yang dikonsumsi. Masyarakat harus selalu memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat (termasuk gula)) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian.”
“Idealnya, dalam sehari, masyarakat dapat mengonsumsi tidak lebih dari, gula sebanyak 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan, garam sebanyak 5 gram atau setara dengan 1 sendok teh, dan lemak total sebanyak 67 gram atau 5 sendok makan. Dengan selalu cermat membaca label kemasan dan menjadikannya sebagai kebiasaan, maka masyarakat akan lebih cerdas untuk memilah zat gizi apa yang harus dipenuhi dan yang harus dibatasi agar terhindar dari berbagai penyakit salah satunya obesitas, prediabetes dan diabetes”, tambahnya.
Prof. Dr. dr. Mardi Santoso mengatakan, “Orang yang kelebihan berat badan dan obesitas memiliki risiko prediabetes dan diabetes, penelitian di beberapa negara ada sekitar 47% sampai dengan 90% penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) adalah kelebihan berat badan atau obesitas. Pertanda prediabetes secara laboratoris adalah kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dl dan atau kadar glukosa darah 2 jam post prandial 140-199 mg/dl. Umumnya kelompok berisiko prediabetes adalah orang dengan obesitas/kegemukan, sering abortus, melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg atau lebih, porsi makan besar tetapi kurang gerak, serta keluarga memiliki riwayat diabetes. Dalam jangka waktu 3-5 tahun, 25% prediabetes dapat berkembang menjadi DMT2, 50% tetap dalam kondisi prediabetes, dan 25% kembali pada kondisi glukosa darah normal.
Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan membatasi asupan gula, garam, dan lemak, istirahat cukup, dan rutin aktivitas fisik 150 menit dalam seminggu dapat membantu mengurangi risiko prediabetes agar tidak berkembang menjadi DMT2.”
“Sejalan dengan misi kami ‘Inspiring a Nutritious Life’ Nutrifood secara kontinu berupaya mengedukasi dan menginspirasi masyarakat untuk selalu mengimplementasikan gaya hidup sehat setiap saat termasuk di masa pandemi dengan berkolaborasi dengan banyak pihak, termasuk melalui program edukasi Cermati Konsumsi Gula Garam Lemak dan Baca Label Kemasan yang telah diselenggarakan secara konsisten sejak tahun 2013. Membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak sesuai anjuran Kementerian Kesehatan RI berperan penting sebagai pencegahan risiko prediabetes dan diabetes terutama bagi orang dengan obesitas. Selain itu, perlu didukung juga dengan menjaga pola makan sehat, rutin berolahraga, istirahat yang cukup dan deteksi dini.”, ungkap Susana .
Nutrifood percaya bahwa masyarakat selalu punya pilihan untuk hidup lebih sehat, dan hal ini perlu dimulai dengan membangun kesadaran akan pentingnya konsumsi gizi seimbang, olahraga teratur, serta istirahat cukup. Salah satunya adalah dengan kritis dan cerdas dengan bahan pangan yang dikonsumsi.
Stay safe and healthy, NutriFriends!